Rabu, 14 November 2012

Biografi Tokoh Sosiologi-Georg Simmel

Georg Simmel dilahirkan pada tahun 1858 di Berlin, suatu daerah dia hidup pada masa kanak-kanak, sebagai mahasiswa maupun sebagai guru besar. Orang tua Simmel adalah orang yahudi yang beragama protestan. Latar belakang ini kemudian menjadi halangan utama perkembangan karir Simmel selama hidupnya. Suasana anti Semit di Berlin tidak dapat dihindari oleh Simmel, walaupun keluarganya beragama protestan. Simmel belajar di Universitas Berlin. Di sinilah ia meraih gelar Doktor pada tahun 1881 dan mengajar di perguruan tinggi itu mulai tahun 1885 sampai tahun 1914. Sebagai gurubesar pada universitas tersebut, Simmel memberikan kuliyah-kuliyah yang sangat popular dan banyak menulis, walaupun karirnya tidak begitu berkembang oleh karena latar belakang etnik yang tidak menguntungkan pada waktu itu.
Pada tahun 1914, Simmel diangkat sebagai guru besar tetap pada Universitas Strassbourg, dengan bantuan temannya yaitu Max Weber. Simmel meninggal dunia pada tahun 1918, dengan meninggalkan karya tulis yang tersebar.
Dalam bidang sosiologi, pusat perhatiannya terarah pada proses interaksi yang dianggapnya sebagai ruang lingkup primer sosiologi dan perkembanganya. Selanjutnya ia menyelidiki masalah solidaritas dan konflik yang dikaitkanya dengan besar kecilnya kelompok.  


Pemikiran (Dyat dan Triad)
Simmel berpendapat bahwa unit terkecil dalam kehidupan manusia yang menjadi ruang lingkup perhatian sosiologi adalah dyad, yang merupakan unit atau kelompok yang terdiri dari dua orang. Contohnya adalah, suami istri, dua orang sahabat karib dan seterusnya. Dalam dyad tersebut kemungkinan besar yang terjadi adalah salah satu pihak tenggelam dalam kedudukan dan peranan pihak lain. Oleh karena dyad terdiri dari hanya dua pihak, maka tak ada pihak lain yang mungkin menengahinya, sehingga Simmel berkesimpulan, kedua pihak tersebut sebenarnya merupakan suatu kesatuan perasaan.
Dengan adanya kemungkinan bahwa dalam dyad terjadi hubungan yang sangat erat yang menyatu, maka ada pula kemungkinan terjadinya konflik atau pertikaian. Kesatuan perasaan terkadang terganggu oleh tindakan masing-masing pihak, yang mungkin mengakibatkan konflik. Ketiadaan pihak ketiga, menimbulkan situasi ketiadaan pemisah apabila terjadinya gangguan pada keserasian hubungan dalam dyad tersebut.
Apabila terjadi kehadiran pihak ketiga, maka structural dan bentuk hubungan dalam dyad akan mengalami perubahan secara mendasar. Pada umumnya, pihak ketiga melancarkan pengaruh yang sifatnya moderat. Taraf keakraban dalam dyad agak menurun. Simmel juga berpendapat bahwa dalam triad cenderung tidak stabil, oleh karena koheren terkait dengan pembentukan suatu koalisi dua pihak yang berhadapan dengan pihak lain. Dalam situasi tertentu dalam keluarga, ada kemungkinan ayah yang menjadi pihak ketiga, pada situsi lain ibulah yang menjadi pihak ketiga, dan seterusnya.
Proses deprivasi mengakibatkan terjadinya efek emosional pada diri pihak ketiga. Kalau pihak ketiga tidak mendapatkan dukungan, pihak tadi memerlukan sesuatu yang akan dapat mempertahankan kedudukannya.
Apabila terjadi koalisi yang kuat dalam suatu triad, maka bentuk interaksi mungkin mempunyai sifat sebagai dyad. Artinya, interaksi terjadi antara dua pihak, dengan satu pihak terdiri dari dua orang. Simmel pernah mengemukakan sauatu hipotesa yang menyatakan, bahwa semakin besar suatu kelompok, semakin besar pula kecenderungan terjadinya bentuk interaksi seperti dyad. Selama terjadinya proses menuju sebagaiman dyad dalam suatu kelompok besar, setiap pihak atau kategori cenderung menerima anggota-anggota yang memiliki ciri-ciri pokok sama, misalnya pola sikap tindak, kekayaan dan seterusnya. Terdapat banyak kesempatan pada pihak-pihak dalam triad untuk melaksanakan pelbagai peranan. Pemilihan peranan tertentu akan mengakibatkan konsekuensi tertentu pula. Terkadang pihak itu mengambil keuntungan dari proses pertikaian yang terjadi. Simmel menyebut keadaan seperti ini sebagai suatu tipe tertius gaudens. 


Hakikat Sosiologis Pertikaian 
Memang kadang-kadang membingungkan untuk mempermasalahkan apakah pertikaian merupakan suatu bentuk kerja sama, terlepas dari hasil atau akibatnya. Akan tetapi, apabila setiap interaksi antar manusia merupakan kerja sama, maka pertikaian harus dianggap sebagai suatu bentuk kerja sama. Pertikaian ada untuk mengatasi pelbagai dualisme yang berbeda, oleh karena merupakan salah satu cara untuk mencapai taraf keseragaman tertentu, walupun dengan cara meniadakan salah satu pihak yang bersaing.
Peranan positif dan integrative dari antagonisme terbukti dari adanya struktur-struktur yang dilandaskan pada pemisahan kelas-kelas social yang tegas. Sebagaimana halnya dalam masyarakat berkasta. Dalam keadaan manusia yang bersikap tidak acuh secara relatif bersifat terbatas. Oleh karena setiap tanggapan psikologis manusia tertuju pada setiap pihak yang mempunyai perasaan tertentu. Perasaan itulah yang menyebabkan terjadinya ketidakacuhan, dan justru hal itu yang merupakan sumber antagonisme, melindungi manusia terhadap kekuatan-kekuatan yang negative yang berasal dari pihak lain.
Apabila antagonisme tidak menghasilkan kerja sama, maka secara sosiologis antagonisme merupakan unsur yang tidak pernah tidak ada dalam kerja sama. Perananya dapat sampai pada taraf menekan semua unsure-unsur konvergensi.
Secara empiris dan rasional, manusia sebenarnya merupakan makhluk egoistis. Permusuhan secara alamiah berpasangan dengan simpati. Perhatian manusia terhadap penderitaan pihak lain hanya dapat dijelaskan berdasarkan motivasi-motivasi tertentu. Ada taraf pembudayaan spiritual yang paling tinggi, ada kemungkinan untuk mencegah pertikaian dalam hubungan akrab. Hal ini disebabkan, oleh karena dalam taraf itu terjadi penggabungan antara sikap kasih saying mutual dengan diferesiansi yang ada. 


Persaingan 
Suatu ciri yang menonjol dari persaingan adalah dalam prose situ terjadi pertikaian yang tidak langsung. Apabila satu pihak menindas musuhnya atau merugikanya secara langsung, maka tidak terjadi persaingan.
Dalam bentuknya yang murni, persaingan tidak bersifat ofensif dan desensif, oleh karena imbalan persaingan tidak berada di tangan pihak-pihak yang bersaing. Konsentrasi penuh pada tujuan, akan dapat menyerap potensi antagonistis terhadap pihak lain. Setiap pihak bersaing, tanpa menyinggung lawanya. Suatu potensi antagonisme bergerak menuju realisasi nilai-nilai objektif, dan kemenangan dalam persaingan bukan terletak pada keberhasilan untuk mengalahkan pihak lawan, akan tetapi dalam merealisasi nilai-nilai di luar itu.
Kadang-kadang proses itu terjadi dengan akibat bahwa harga diri para pesaing dan nilai objektif hasilnya di kesampingkan. Persaingan secara modern digambarkan sebagai suatu perjuangan dari semua terhadap semua, dan dari semua untuk semua. Persaingan, secara sosiologis merupakan suatu jaringan konsentrasi terhadap pikiran, perasaan dan kemauan sesama manusia. Kekuatan persaingan untuk mengadakan sosialisasi tidak hanya tampak pada bidang-bidang kehidupan publik, hal itu juga terjadi di bidang pribadi.
Solidaritas organis dan isolasi akan dibicarakan sebagai pelindung kelompok terhadap pertikaian dalam kelompok. Semakin erat hubungan dalam kelompok, semakin besar pula tantangan yang diberikan terhadap sikap tindak permusuhan. Di satu pihak kelompok dapat menanggulangi antagonisme intern, oleh karena kekuatan sintetis yang ada dapat mengahadapi kekuatan-kekuatan antithesis secara wajar. Di lain pihak, suatu kelompok yang mempunyai prinsip persatuan dan rasa kebersamaan, senantiasa terancam oleh setiap pertikaian yang terjadi dalam kelompok itu.
Dalam kelompok keagamaan, kegiatan yang dilakukan secara parallel diarahkan pada suatu tujuan yang sama bagi semua anggota kelompok. Persaingan sebenarnya tidak terjadi,oleh karena usaha untuk mencapai tujuan tidak menghalangi pihak-pihak lain. Proses ini menurut Simmel disebut persaingan pasif (esensi persaingan tidak ada, yaitu perbedaan energy individual sebagai landasan untuk menang atau kalah).
Secara formal persaingan didasarkan pada prinsip individualisme. Apabila terjadi persaingan dalam kelompok, maka hubunganya dengan prinsip social subordinasi kepentingan individual terhadap kepentingan kelompok, tidak selalu jelas. Kepentingan sosial yang murni membuat hasilnya menjadi tujuan utama, yang bagi pihak yang bersaing hanya merupakan hal yang sekunder belaka.
Sosialisme dalam artinya sebagai suatu proses kecenderungan politik-ekonomis, tidak akan dapat dipahami dengan jelas apabila proses itu tidak diakui sebagai cara kehidupan tertentu, yang mencangkup hubungan yang dikelola oleh kekuatan tertentu. 


Filsafat uang 
Menurut Simmel uang secara historis tidak hanya berfungsi untuk mengukur benda namun juga untuk mengukur manusia. Simmel secara cermat menyusun teori intinya adalah apa yang mendasari nilai objek tersebut adalah apa yang harus dikorbankan seseorang dalam mendapatkanya.
Untuk memecahkan masalah nilai uang, Simmel memberi sebuah jawaban. Uang tidak perlu memeliki nilai intrinsik (atau “nilai substansi”) untuk memastikan nilai ekonominya. Uang sudah cukup diterima oleh semua orang (atau “nilai fungsi”) sebagai satu alat tukar umum. Uang memiliki bagian-bagian pembentuknya yang bersifat “ekstra ekonomis” sebagai objek yang mempesona dan menjadi tanda pemamer kekayaan.
Simmel menunjukan dalam hal apa penyebaran uang bisa ikut berpartisipasi dalam kemunculan kebebasan individual. Sebenarnya melalui statusnya sebagai ekuivalen umum, hanya uang sajalah yang bisa dipakai untuk segala keperluan. Di sisi lain moneterisasi ekonomi memungkinkan dibebaskanya pekerjaan dari pengawasan perorangan.
Lebih dari sekedar alat tukar ekonomi, uang juga merupakan suatu intitusi. Uang tidak hanya menyangkut dua individuyang terlibat dalam pertukaran. Penggunaan uang juga akan mendukung munculnya kecenderungan psikologis yang memiliki karakteristik seperti: ketamakan, kekikiran, kesukaan berfoya-foya, kemiskinan atau kekurangan. 
Uang juga ikut berpartisipasi dalam pembentukan “gaya hidup” maasyarakat yang oleh Simmel diberikan cirri melalui tiga buah konsep, yaitu jarak, ritme dan simetri.

Sumber :  Soekanto, Soerjono. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Jaya, 2002

            Giddens, Anthony. Dkk. Sosiologi, Sejarah dan Berbagai Pemikiranya. Yogyakarta: Kreasi    Wacana, 2004

Who Is Ferdinand Tonnies ??


Lahir di Schleswig, Jerman Timur pada tahun 1855 wafat tahun 1936. Sepanjang hidupnya  bekerja di universitas kota Kiel. Ia merupakan salah seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman. Dan ia jugalah yang melatarbelakangi berdirinya German Sosiological Association ( 1909, bersama dengan George Simmel, Max Webber, Werner Sombart, dan lainnya ). 
Diakhir usianya Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan seringkali ia diundang menjadi Professor tamu di University of Kiel, setelah hampir masa hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya para sosiolog dimasanya.
Karya-karyanya:
Gemeinschaft dan Gesselschaft(1887)
Einfuhrungindie soziologie (an introduction to sociology)



Pandangan (Konsep)
Masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi – relasi timbal balik yang mantap. Kemauan manusia yang mendasari masyarakat. Berkenaan dengan kemauan itu, Tonnies membedakan antara Zweckwille dan Triebwille.
  • Zweckwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan. apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan mengambil tujuan rasional kearah itu. Biasanya di bidang ekonomi orang yang hendak mencari keuntungan atau jasa – jasa pelayanan di dorong oleh “Zweckwille”. Rangka tujuan itu mereka mendirikan kongsi- kongsi atau mengadakan relasi – relasi dagang, dimana bukan relasi sendiri menjadi pertimbangan melainkan tujuan yang mau dicapai melalui relasi itu. Dalam pencapaian tersebut, yang menuntun mereka adalah suatu pertimbangan rasional seperti materi, keuntungan, dan sebagainya. Zweckwille ini terlihat menonjol pada kalangan pedagang, ilmuwan, dan pejabat-pejabat yang kesemuanya mementingkan sikap yang rasional. 
  • Triebwille, yaitu dorongan batin berupa perasaan. meliputi sejumlah langkah atau tindakan yang tidak hanya berasal dari akal budi, melainkan dari sifat, perasaan, hati dan jiwa seseorang yang bersangkutan Triebwille bersumber pada selera perasaan, kecenderungan psikis, kebutuhan biotis, keyakinan, maupun perasaan seseorang. tradisi atau keyakinan orang. Sehingga konsep ini menggambarkan dalam mengambil keputusan mengenai tujuan tertentu, seseorang dipengaruhi oleh perasaannya. Zweckwille ini terlihat pada kalangan petani, rakyat sederhana, seniman dan orang-orang yang lebih menggunakan perasaan dalam pekerjaannya.
Distringsi tersebut ini langsung berpengaruh atas corak dan cirri interaksi orang dalam kelompok atau masyarakat, sehingga kita dapat membedakan antara dua tipe masyarakat. Dengan konsep inilah corak dan ciri masyarakat terbagi, yakni menjadi gemeinschaft dan gesselschaft.

Gemeinschaft dan Gesselchaft
Gemeinschaft (paguyuban) merupakan bnetuk bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta brsifat kekal. Masyarakat paguyuban atau gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan bersama yang saling mempengaruhi dan mendukung satu sama lain layaknya suatu organisme.
-  kebersamaan dan kerjasama dihayati untuk mencapai suatu tujuan dalam dirinya dan orang merasa dekat satu sama lain(suasana lebih penting dari tuuan)
- anggota disatukan dan disemangati dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya.

Ada 3 jenis gemeinschaft:
1. gemeinschaft by blood, mendasarkan diri pada ikatan darah/ keturunan
2. gemeinschaft of placo( locality), mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan
3. gemeinschaft of mind, mendasarkan diri pada ideologi/ pikiran yang sama

Gemeinschaft pada dasarnya terus bersatu sekalipun ada faktor-faktor yang memisahkan. Gemeinschaft membentuk kesatuan hidup dimana unsur-unsur kesatuan dan olektivitas(perasaan dan solidaritas) lebih menonjol. 
Gesselschaft (patembayan) merupakan kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan untuk jangka waktu pendek. Dalam Gesselschaft tiap-tiap orang mewakili diri sendiri saja. Gesselschaft pada dasarnya tetap terpisah sekalipun ada faktor-faktor yang mempersatukan. Hubungan antar individu superficial(lemah), seringkali tidak saling mengenal dan berkurangnya berkurangnya peran dan bagian dalam tataran niali, latar belakang, norma-norma dan sikap.

Evolusi tanpa kemajuan
Pada masyarakat modern gemeinschaft akan lenyap.  Gemeinschaft (komunitas) ditandai oleh ikatan sosial bersifat pribadi, akrab, dan tatap muka (primer). Ciri-ciri ikatan sosial ini seperti yang dikemukakan sebelumnya ialah berubah menjadi impersonal, termediasi, dan sekunder dalam masyarakat modern (Gesellschaft). Evolusi terjadi secara berlawanan dengan kebutuhan manusia, lebih menuju kearah memperburuk ketimbang meningkatkan kondisi kehidupan manusia. Baginya faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan masyarakat seperti prinsip evolusi yang ia miliki adalah adanya kecenderungan berpikir secara rasional, perubahan orientasi hidup,proses pandanagan terhadap suatu aturan dan soistem organisasi. Kedua tipe masyarakat tersebut berbentuk campuran(saling berkaitan dan tidak dapat di pisahkan dalam hidup karena tidak mungkin ada gemeinschaft tanpa ciri-ciri Gesselschaft dan sebaliknya.

Keunikan pendekatan Tonnies terlihat dari sikap kritisnya terhadap masyarakat modern (Gesellschaft), terutama nostalgianya mengenai kehidupan tipe komunitas/kelompok/asosiasi (Gemeinschaft) yang lenyap. Tonnies adalah contoh langka penganut evolusionisme yang tak menganggap evolusi identik dengan kemajuan. Menurutnya, evolusi terjadi secara berlawanan dengan kebutuhan manusia, lebih menuju kearah memperburuk ketimbang meningkatkan kondisi kehidupan manusia. Dan dibawah ini adalah pemaparan Tonnies tentang perbedaan antar Gemeinschaft dengan Gesellschaft sebagai suatu perubahan yang justru bergerak kearah memperburuk, menurut dirinya.
Ciri
Gemeinschaft(komunitas)
Gesellschaft (masyarakat modern)
Hubungan sosial
Ikatan Keluarga
Pertukaran ekonomi
Institusi khas
Keluarga
Negara dan ekonomi
Citra tentang individu
Kedirian
Orang, warga
Bentuk kekayaan
Tanah
Uang
Tipe hukum
Hukum keluarga
Hukum kontrak
Institusi sosial
Desa
Kota
Kontrol sosial
Adat dan agama
Hukum dan pendapat umum
Ciri dari Gemeinschaft yaitu berbentuk komunitas sedangkan ciri dari Gesellschaft yaitu masyarakat modern. 

Tentang hal ini pula secara tidak langsung bagi Tonies faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan masyarakat dimana prinsip evolusi yang ia miliki hampir sama dan senada dengan prinsip evolusi ahli lain seperti Max Weber begitu juga dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantara penyebab terjadi perubahan itu adalah adanya kecenderungan berfikir secara rasional, perubahan orientasi hidup, proses pandangan terhadap suatu aturan dan sistem organisasi.

Teori Nilai
Nilai membahas dua masalah yaitu masalah etika dan estetika. tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasab tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa golongan dan mempunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu. seperti nilai yang dikemukakan oleh agama, positivisme, pragmatisme, fatalisme, hindunisme, dll.
  1. Etika. etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kataethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. secara singkat definisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi tertentu. fungsi etika ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia ( baik dan buruk) akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali mendapat kesukaran-kesukaran. syarat-syarat agar tingkah laku manusia dapat dinilai oleh etika yaitu: perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian, perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu dikerjakan dengan sengaja, perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri.
  2. Estetika. estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. etika membahas masalh tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk). sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu. tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah dan tidak indah itu. estetika juga mengalami kesukaran-kesukaran untuk menemukan ukuran yang berlaku umum mengenai ukuran indah itu.
Referensi:
P.J. Bouman. 1976. Sosiologi “Pengertian-Pengertian dan Masalah-Masalah”. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (ed). 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soekanto, soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Little Piece of Max Weber

Kehidupan dan Karya  Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia, Jerman tahun 1864 dan meninggal di Munich 1920. Selama hidupnya Max Weber menghasilkan beberapa karya :
  • Methodological Essays (1902)
  • The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (1902-1904)
  • Economy and Society (1910-1914)
  • Sociology of Religion (1916) 

    Teori Tindakan
    Max Weber mengungkapkan bahwa dunia sebagaimana kita saksikan terwujud karena tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu, untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Setelah memilih sasaran, mereka memperhitungkan keadaan, kemudian memilih tindakan.  Bagi Max Weber, struktur sosial adalah produk (hasil) dari tindakan itu, cara hidup adalah produk dari pilihan yang dimotivasi. Memahami realitas sosial yang dihasilkan oleh tindakan itu berarti menjelaskan mengapa manusia menentukan pilihan.

    Teori sosiologi bukanlah teori mengenai sistem sosial yang memiliki dinamikanya sendiri, melainkan mengenai makna dibalik tindakan individu. Max Weber menyebut metode yang dikembangkannya sebagai verstehen. Inti dari tindakan sosial adalah tindakan yang penuh arti dari individu yakni tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain.  Max Weber mengemukakan lima ciri pokok  yang menjadi sasaran penelitian sosiologi, yaitu :
  1. Tindakan manusia yang menurut si pelaku mengandung makna yang subyektif dan ini meliputi berbagai tindakan nyata.     
  2. Tindakan nyata dan bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif     
  3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang dalam bentuk persetujuan secara diam-diam     
  4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu     
  5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang itu. 

    Selain memusatkan perhatian pada tindakan yang berorientasi tujuan dan motivasi  pelaku, Weber juga yakin bahwa cara terbaik untuk memahami berbagai masyarakat adalah menghargai bentuk-bentuk tipikal tindakan yang menjadi ciri khasnya dengan merekonstruksi makna dibalik kejadian-kejadian sejarah yang menghasilkan struktur-struktur dan bentukan-bentukan sosial.  Menurut Max Weber, kita bisa membandingkan struktur beberapa masyarakat dengan memahami alasan-alasan mengapa warga masyarakat bertindak, kejadian-kejadian historis secara berurutan yang mempengaruhi karakter mereka dan memahami tindakan pada pelakunya yang hidup dimasa kini, akan tetapi walaupun demikian kita tidak bisa menggeneralisasi semua masyarakat atau semua struktur sosial.

    Tipe-tipe Tindakan  Max Weber mengklasifikasi empat tipe tindakan yang dibedakan dalam konteks motif pelakunya, sebagai berikut :     
  • Tindakan Tradisional (Traditional Action) yakni tindakan sosial murni, tindakan yang didasarkan pada kebiasaa-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalu saja.     
  • Tindakan Afektif (Affectual Action) yakni tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si pelaku. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional     
  • Tindakan berorientasi tujuan atau penggunaan rasionalitas instrumental (Werktrational Action) yakni tindakan dimana pelaku menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuannya. Tindakan ini menunjuk kepada tujuan itu sendiri. Tindakan ini rasional, karena pilihan-pilihan terhadap cara-cara kiranya sudah menentukan tujuan yang diinginkan.     
  • Tindakan berorientasi nilai atau penggunaan rasionalitas nilai (Zwerk Rational) yakni tindakan sosial murni, dalam tindakan ini pelaku tidak hanya sekedar menilai cara yang baik untuk mencapai tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. 

    Tipe-tipe Kekuasaan
    Bagi Max Weber, dominasi adalah salah satu unsur yang terpenting dalam tindakan sosial, dalam sebagian besar variasi tindakan sosial, dominasi memainkan peranan besar tanpa kecuali setiap lapangan tindakan sosial sangat dipengaruhi oleh struktur dominasi.  Dari Max Weber diidentifikasi cara-cara memperoleh legitimasi oleh yang berkuasa yakni Tradisional, kharismatik dan Legal Rasional.

    Sistem otoritas legal rasional hanya dapat berkembang dalam masyarakat barat modern dan hanya dalam sistem otoritas rasional legal itulah birokrasi modern dapat berkembang penuh. Weber melihat birokrasi sebagai contoh klasik dari tindakan rasional (rasionalisasi).  Masyarakat lain di dunia tetap didominasi oleh sistem otoritas tradisional atau kharismatik yang umumnya merintangi perkembangan sistem hukum rasional dan birokrasi modern. Sistem otoritas tradisional berasal dari sistem kepercayaan di zaman kuno, contohnya adalah seorang pemimpin yang berkuasa karena garis keluarga atau sukunya selalu merupakan pemimpin kelompok.  Pemimpin kharismatik mendapatkan otoritasnya dari kemampuan atau ciri-ciri luar biasa atau mungkin dari keyakinan pihak pengikut bahwa pemimpin itu memang mempunyai ciri-ciri seperti itu. Meski dua tipe kekuasaan tersebut mempunyai arti penting dalam sejarah masa lalu, Max Weber yakin bahwa masyarakat akan menuju kepada sistem otoritas legal rasional.


    Tipe-tipe Ketidaksetaraan (Kelas)
    Seperti Marx, Max Weber juga melihat hubungan-hubungan yang tidak setara dalam kehidupan sosial (kelas), akan tetapi Max Weber menolak konsep Marx yang mengatakan bahwa ketidaksetaraan kelas menjadi bagian terpenting. Bagi Max Weber, kelompok status yang mengandung prestis tertentu dan partai-partai yang memiliki pengaruh politik dapat menjadi sumber keuntungan yang signifikan sebagai anggota kelas.  Kelas menurut Max Weber tidak semata-mata berdasarkan kepemilikan sara produktif, tetapi kepemilikan segala macam kesempatan hidup yang dihasilkan oleh kekuatan pasar dalam masyarakat. Oleh sebab itu Max Weber mendefenisikan kelas dalam konteks kapasitas individual untuk meraih ganjaran untuk menjual keahliannya di pasar dalam masyarakat.


    Agama dan Kapitalisme
    Banyak dari karya historis dan komparatif Max Weber terfokus pada pengaruh keyakinan agama terhadap tindakan. Max Weber membangun analisnya tentang faktor-faktor yang mendorong munculnya kapitalisme. Menurut Max Weber, bentuk masyarakat modern merupakan representasi institusional dan rasionalisasi.  Bagi Max Weber moderenitas terbaik dipahami sebagai hasil akhir dari proses rasionalisasi tersebut. Penelitiannya mengenai sejarah diarahkan untuk menjawab pertanyaan mengapa pada masyarakat non barat perkembangan ilmiah, kesenian, politik maupun ekonomi tidak mengikuti jalur rasionalisasi seperti di barat. Max Weber mengungkapkan peranan pemimpin agama dalam mempromosikan berbagai macam ide dan orientasi pada berbagai masyarakay penting.  Max Weber melihat ada keterkaitann antara kehidupan penganut calvinis yang diberi pedoman oleh agama mereka dan jenis prilaku  dan sikap yang diperlukan bagi kapitalisme agar bekerja secara efektif. Weber menjelaskan bagaimana Calvinis didorong untuk memusatkan diri pada pekerjaan duniawi dan pada saat yang sama juga mewujudkan kehiduapan asketis (sederhana, rajin berubadah dan hidup hemat).  Max Weber berpendapat bahwa penekanan pada kreatif dan kerja keras berkombinasi dengan tuntutan agar menjalankan gaya hidup asketis (suatu gaya hidup yang khas bagi agama-agama puritan). Calvinis yakin bahwa mereka tidak akan diberikan ganjaran keselamatan oleh Tuhan kecuali jika mereka sukses dan produktif dalam kehidupan. Oleh karena itu kehidupan harus didedikasikan kepada efesiensi dan rasionalitas untuk memaksimalkan produktivitas mereka.  Disinilah keterkaitannya dengan  kapitalisme, berbeda dengan bentuk ekonomi yang lain. Agar kapitalisme bekerja, maka produktivitas harus tinggi, modal harus diakumulasi, dikonsumsi dengan hemat dan diinvestasikan kembali untuk mengembangkan teknik-teknik produksi yang lebih efesien demi memperoleh keuntungan lebih besar.

    Bagi Max Weber, agama telah memainkan peranan kunci dalam pertumbuhan kapitalisme barat, tetapi sebaliknya gagal mengembangkan kapitalisme dimasyarakat lain. Menurut Max Weber bahwa sistem agama rasionallah (Calvinisme) yang memainkan peranan sentral tersebut, sebaliknya pada masyarakat lain, Max Weber menemukan sistem agama yang lebih irrasional, misalnya hinduisme, konfusianisme, tao, dll) merintangi perkembangan sistem ekonomi rasional. Tetapi pada akhirnya agama-agama itu hanya memberikan rintangan sementara, karena sistem ekonomi dan bahkan seluruh struktur sosial masyarakat pada akhirnya akan menjadi rasional.

Sabtu, 10 November 2012

Biografi Tokoh Sosiologi-Karl Marx


x


Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. ayahnya, seorang pengacara, menafkai keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi). Tetapi, karena alasan isnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, Universitas yang sangat di pengaruhi oleh Hegel dan guru - guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir Kritis. Gelar doktor Marx di dapat dari kajian filsafat yang membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.

Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, koran itu kemudian di tutup pemerintah. Esai – esai awal yang di terbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakat filsafat hegelian, mimpi naif komunis utopiadan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasn aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.

Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan di jawab dengan meriam saat upaya itu di anggap berbah. tetapi, gagasan yang dapat mengarahkan intelektual kitadan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang dapat membekukan kita, merupakan belenggu – belenggu di mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya; gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengna menyerah kepada Marx (Marx, 1842/1977;20)

Marx menikah pada 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan jerman untuk dapt suasana yang lebih libaral di Paris. Di Paris ia bergualat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentuka orientasi intelektualnya. Hal yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donatur dan kolabolatornyayakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisis kehidupan yang di hadapi kelas buruh. Banyak di antara rasa kasihan Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844 Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah CafĂ© terkenal di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam dalam semua budang teori menjadi nyata….dan perjanjian kerja sama kami mulai sejak itu”(McLellan, 1993:131) di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The 
Working Class in England. Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar di pahami (kebenyakan belum di terbitkan semasa hidupnya) termasuk the Holy Family dan The German ideology (di tulis bersama Engels)dan ia pun menulis the economic and philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main meningkat.

Meski Marx dan Engels mempunya orientasi teoritis yang sama, namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan Engels menempa kerja sama yang akrab sehingga mereka berkolabirasi menulis buku dan artikel dan bekerja sama dalam organisasi radikal, dan bahka Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan marx mencurahklan perhatiannya pada kegiatan intelektual dan politiknya.
Meski ada asosiasi erat antara nama Marx dan Engels, namun Engels menjelaskan bahwa ia teman junior;
Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang di capai Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas serta cepat ketimbang aku. Marx adlah jenius(Engels, di kutip dalam McLellan,1973;131-132)

Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk Marx. Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori marxian dan dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyerderhanakannya, meski ia tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx.
Karena beberapa tulisannya telah menggangu pemerintahan prusia, pemerintah perancis(atas permohonan prusia)mengusir Marx tahun 1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel. Radikelismenya meninggkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun bergabung dengan liga komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang di tandai oleh slogan-slogan politik yang termasyur (misalnya ‘kaum burh seluruh dunia bersatulah’!!).

Tahun 1849 ia pindah ke london dan, mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralis ke kegiatan rsiset yang lebih rinci tentang peran sistem ka[pitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku das kapital.jilid pertama di terbitkan tahun 1867; kedua jilid yang lainya di terbitkan sesudah ia meninggal. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan, membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium tulisannya dan bantuan dana dari Engels. Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan ‘The Internasional’, sebuah gerakan buruh internasio nal. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis des kapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit, akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx sendiri wafat di tahun 1883.

ref : http://nataebiografiteacher.blogspot.com/2007/09/karl-marx.html